Literasi dalam Kehidupan


LITERASI DALAM KEHIDUPAN
Enik Chairul Umah


Hasil gambar untuk literasi dasar
sumber gambar: http://www.lampost.co/berita-menakar-literasi-kita.html

Tiga tahun belakangan ini literasi menjadi fokus diskusi dan implementasi di dunia pendidikan dan masyarakat. Semangat menggalakan literasi melanda sekolah dengan kegiatan 15 menit membaca hal ini megacu pada permendikbud no 23 tahun 2015,  Ibu-ibu PKK di kampung juga menggalakkan pojok baca di dawis dan RW, kabupaten kota banyak mendeklarasikan diri sebagai daerah literasi. Tidak ketinggalan Kabupaten Sidoarjo mendeklarasikan diri sebagai kabupaten literasi dan berhasil memeroleh Anugerah Literasi Prioritas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 20 maret 2017 lalu. Penghargaan ini diberikan atas prestasi pemerintah kabupaten Sidoarjo menjalankan program kreatif dan inovatif dalam bidang literasi.
            Literasi bukan sekadar seremoni apalagi ritual wajib membaca saja, memaknai literasi secara tepat akan membantu kita merancang program literasi dengan tepat dan berdampak sesuai tujuan literasi. Di era post-industri dimana manusia hidup dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan mobilitas tinggi sangat bergantung dengan informasi. Manusia menjadikan pengetahuan untuk mentransformasi dirinya. Di sinilah literasi dimaknai sebagai cara seseorang menyikapi serta memanfaatkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini memaknai literasi lebih dari sekadar kemampuan membaca dan menulis. Dari makna literasi tersebut nampak bahwa literasi berkaitan erat dengan kemampuan seseorang untuk menganalisis, mensintesa, dan mengevaluasi informasi sebelum menggunakannya dengan cerdas.
            Pada tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) dengan 6 literasi dasar yang terdiri atas literasi baca tulis, numerasi, sains, finansial, digital, serta budaya dan kewargaan. Literasi baca tulis bukan lagi sebagai pemberantasan buta aksara, namun sebuah partisipasi sosial yang melibatkan kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis untuk memproduksi ide dan mengkontruksi makna yang dituangkan dalam bahasa verbal (oral atau tulisan) dengan susunan yang baik.
Menghidupkan literasi baca tulis dapat dilakukan dengan pemodelan dan pendampingan. Pemodelan bertujuan untuk mencontohkan cara memahami bacaan dan cara mengeksplorasi gagasan untuk menulis. Orang dewasa dalam hal ini guru, masyarakat atau orang tua dapat memodelkan strategi membaca untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan, menunjukkan pada peserta didik atau audien bahwa memahami bacaan adalah sebuah proses yang dialami setiap individu. Adapun pendampingan dapat dilakukan dalam bentuk membaca nyaring, terbimbing, dan membaca bersama. Dapat pula mengajak peserta didik atau audien berdiskusi kelompok, mempresentasikan hasil diskusi dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan terkait bacaan.
Literasi Numerasi sebuah kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari. Melatih berfikir rasional, sistematis, kritis dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan dalam berbagai konteks. Melakukan kegiatan mengukur tinggi badan teman, melakukan praktik jual beli di kegiatan market day di sekolah atau belanja langsung di pasar tradisional atau modern menjadi satu kegiatan literasi numerasi yang kontekstual yang melibatkan angka-angka dan memperhitungkan. Kegiatan berbasis proyek seperti membuat denah sederhana sekolah atau rumah, membuat miniatur rumah atau jembatan merupakan kegitan literasi numerasi yang melibatkan siswa secara aktif dan menantang.
Literasi sains menurut Sofie Dewani adalah sebuah pemahaman tentang konsep dan proses saintifik yang memampukan seseorang untuk mengambil keputusan dengan kesadaran sebagai makhluk sosial yang bertanggungjawab bagi lingkungannya. Pembelajaran berbasis masalah dapat melatih peserta didik memecahkan permasalahan secara ilmiah. Kegiatan menanam, merawat mengamati pertumbuhan dan mencatatnya dalam sebuah laporan dan mempresentasikan di kelas menjadi alternatif kegiatan peserta didik untuk berfikir ilmiah.
Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan dengan bijaksana itulah literasi finansial. Pendidikan  literasi keuangan  yang diajarkan sejak dini kepada anak terutama anak usia pra sekolah dan sekolah dasar akan membuat anak terbiasa mengelola  keuangan dengan baik dan benar dimasa yang akan datang. Mengenalkan konsep menabung dan mempraktikkannya melalui gerakan menabung, berinfaq sebagai bentuk pengenalan skala prioritas penggunaan uang dengan bijak serta pengenalan praktik tidak baik dan kejahatan finansial seperti korupsi, mencuri merupakan ruang lingkup literasi finansial.
Di era digital gawai menjadi kebutuhan primer yang memfasilitasi manusia untuk mengakses informasi yang dibutuhkan. Informasi sangat melimpah membanjiri ruang kehidupan masyarakat secara bebas. Informasi yang mudah diakses tentu membawa dampak baik dan buruk. Sehingga literasi digital perlu diajarkan bagi masyarakat khususnya peserta didik. Literasi digital adalah kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi. Prinsip pengembangan literasi digital menurut Mayes dan Fowler (2006) bersifat berjenjang.
Terdapat tiga tingkatan pada literasi digital. Pertama, kompetensi digital yang meliputi keterampilan, konsep, pendekatan, dan perilaku. Kedua, penggunaan digital yang merujuk pada pengaplikasian kompetensi digital yang berhubungan dengan konteks tertentu. Ketiga, transformasi digital yang membutuhkan kreativitas dan inovasi pada dunia digital. Salah satu bentuk pemanfaatn digitak dalam pendidikan adalah pengembangan e-learning dan penerapan blanded learning.  
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keragaman budaya, suku, agama dan kepercayaan, adat istiadat yang menjadi kelebihan bangsa Indonesia. Sementara pengaruh globalisasi dan era disrupsi saat ini dapat mengaburkan bahkan menghilangkan kekayaan budaya Indonesia tersebut. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan keragaman dan kekayaan budaya Indonesia dan membangun identitas bangsa yang kokoh literasi budaya dan kewargaan penting diberikan di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Menurut Yanuardi, Literasi budaya adalah kemampuan memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sedangkan, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa (Kemdikbud, 2017).
Mengayakan peserta didik tentang khazanah budaya Indonesia dan kewarganegaraan  dapat dilakukan dalam bentuk menghadirkan seniman di sekolah, melakukan kunjungan belajar ke museum atau tempat bersejarah di sekitar sekolah atau tempat tinggal, melibatkan budayawan, anggota kepolisian dan TNI, DPR dll dalam kegiatan sekolah.
Enam literasi dasar yang digiatkan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat Indonesia untuk segera mewujudkan mayarakat Indonesia yang literat. 
                                                                                                                 

                                                                                                                         Sidoarjo, 10/2/2019

Komentar

Postingan Populer